Reyoet, Toronto: Seorang wanita 25 tahun
warga Kanada mengalami iritasi di labianya. Ia sudah menemui dokter
untuk memeriksakannya dan hasilnya tak ditemukan infeksi. Kondisinya itu
membuatnya merasa tak nyaman jika harus melakukan hubungan seksual.
Pengobatan labia yang iritasi sebenarnya sederhana, biarkan vagina
membersihkan dirinya tanpa harus menggunakan cairan apa-apa.
Wanita yang tak disebutkan identitasnya itu sudah melakukan berbagai perawatan seperti minum tea tree oil, pembersih tanpa pengharum, dan sejumlah pilihan herbal. Namun, iritasi tak kunjung berubah.
"Meskipun saya sudah berupaya yang terbaik, saya merasa semua yang saya gunakan menjadi lebih buruk, saya tak nyaman dan sulit berpikir untuk melakukan hubungan intim," kata wanita itu seperti dikutip theglobeandmail, Kamis (27/6/2013).
Direktur Medis di Immigrant Womens Health Center, Dr Sheila Wijayasinghe, menjelaskan, iritasi kulit membuat perasaan jadi tak nyaman. Dan ketika itu terjadi di daerah yang paling sensitif seperti vagina atau labia, itu bisa jadi sangat tak menyenangkan.
"Seringkali saya melihat orang-orang dengan kondisi itu, setelah beberapa minggu atau bulan melakukan pengobatan dengan berbagai minyak dan krim. Seperti Anda, banyak pasien yang terus berjuang dengan ketidaknyamanannya dan mencatat dan mereka mencatat dampak negatif dari hubungan intim," ujar Dr Sheila.
Wanita yang tak disebutkan identitasnya itu sudah melakukan berbagai perawatan seperti minum tea tree oil, pembersih tanpa pengharum, dan sejumlah pilihan herbal. Namun, iritasi tak kunjung berubah.
"Meskipun saya sudah berupaya yang terbaik, saya merasa semua yang saya gunakan menjadi lebih buruk, saya tak nyaman dan sulit berpikir untuk melakukan hubungan intim," kata wanita itu seperti dikutip theglobeandmail, Kamis (27/6/2013).
Direktur Medis di Immigrant Womens Health Center, Dr Sheila Wijayasinghe, menjelaskan, iritasi kulit membuat perasaan jadi tak nyaman. Dan ketika itu terjadi di daerah yang paling sensitif seperti vagina atau labia, itu bisa jadi sangat tak menyenangkan.
"Seringkali saya melihat orang-orang dengan kondisi itu, setelah beberapa minggu atau bulan melakukan pengobatan dengan berbagai minyak dan krim. Seperti Anda, banyak pasien yang terus berjuang dengan ketidaknyamanannya dan mencatat dan mereka mencatat dampak negatif dari hubungan intim," ujar Dr Sheila.
Vagina Seperti Oven
Bagian eksternal alat kelamin wanita dikenal dengan vulva atau labia yang terdiri dari kulit sensitif, rambut, dan kelenjar. Sekresi dari kelanjar dan vagina menjaga wilayah itu tetap sehat, terlindungi dan lembab.
Langkah terbaik bagi wanita yang utama adalah mengusir penyebab potensial infeksi seperti bakterial vaginosis, ragi, dan infeksi menular seks.
Orang selama ini sering berpikir infeksi sebagai penyebab utama iritasi. Padahal, penyebab yang paling umum iritasi di lavia dan vagina adalah aktivitas sehari-hari yang menyebabkan gesekan di daerah tersebut, termasuk bersepeda dan memakai pakaian ketat. Detergen, detergen, dan pelumas juga bisa menyebabkan iritasi.
Dr Deborah Robertson, Ginekolog di Rumah Sakit St Michael yang spesialisasi di bidang kesehatan vulva, menjelaskan, reaksi yang sering muncul ketika wanita mengalami iritasi di organ genitalnya biasanya bersemangat untuk mencuci daerah tersebut agar mensterilkannya.
"Pasien tak harus menggunakan apa-apa, tapi dari air di vulva. Tidak ada sabun, tidak ada krim, tidak ada dounche, hanya air," ujar Dr Robertson.
Dia juga menjelaskan, vagina seperti `oven` yang membersihkan dirinya. Sehingga semua yang dibutuhkan wanita adalah air. Dia juga meyakinkan jika pasien mengalami ada cairan putih atau bening itu normal.
"Intinya, berikan vulva dan vagina kesempatan untuk membersihkan diri dan hindari menggunakan apa-apa di daerah selain air. Jika masalah terus berlanjut meski ada perubahan, kunjungi dokter atau ginekolog untuk memstikan tak ada apapun yang menyebabkan iritasi.
Bagian eksternal alat kelamin wanita dikenal dengan vulva atau labia yang terdiri dari kulit sensitif, rambut, dan kelenjar. Sekresi dari kelanjar dan vagina menjaga wilayah itu tetap sehat, terlindungi dan lembab.
Langkah terbaik bagi wanita yang utama adalah mengusir penyebab potensial infeksi seperti bakterial vaginosis, ragi, dan infeksi menular seks.
Orang selama ini sering berpikir infeksi sebagai penyebab utama iritasi. Padahal, penyebab yang paling umum iritasi di lavia dan vagina adalah aktivitas sehari-hari yang menyebabkan gesekan di daerah tersebut, termasuk bersepeda dan memakai pakaian ketat. Detergen, detergen, dan pelumas juga bisa menyebabkan iritasi.
Dr Deborah Robertson, Ginekolog di Rumah Sakit St Michael yang spesialisasi di bidang kesehatan vulva, menjelaskan, reaksi yang sering muncul ketika wanita mengalami iritasi di organ genitalnya biasanya bersemangat untuk mencuci daerah tersebut agar mensterilkannya.
"Pasien tak harus menggunakan apa-apa, tapi dari air di vulva. Tidak ada sabun, tidak ada krim, tidak ada dounche, hanya air," ujar Dr Robertson.
Dia juga menjelaskan, vagina seperti `oven` yang membersihkan dirinya. Sehingga semua yang dibutuhkan wanita adalah air. Dia juga meyakinkan jika pasien mengalami ada cairan putih atau bening itu normal.
"Intinya, berikan vulva dan vagina kesempatan untuk membersihkan diri dan hindari menggunakan apa-apa di daerah selain air. Jika masalah terus berlanjut meski ada perubahan, kunjungi dokter atau ginekolog untuk memstikan tak ada apapun yang menyebabkan iritasi.
No comments:
Post a Comment
KOMENTAR ANDA SANGAT KAMI HARAPKAN UNTUK PENGEMBANGAN BLOG INI, TERIMA KASIH