Reyoet, Sydney: Pasangan pengantin baru yang masih perawan berharap bisa berhubungan intim (making love/ML)
dengan suaminya di malam pertama. Namun, jika pasangan pengantin baru
itu terus menerus kesulitan bercinta bisa jadi karena vaginismus
sehingga suami tak kunjung penetrasi.
Vaginismus di dunia kedokteran termasuk masalah pada organ reproduksi wanita karena masalah psikoseksual yang membuat penis, jari atau objek lain sulit masuk ke dalam liang vagina, walaupun wanita tersebut menginginkannya. Vaginismus merupakan salah satu jenis disfungsi seksual wanita paling sering ditemui.
Vaginismus di dunia kedokteran termasuk masalah pada organ reproduksi wanita karena masalah psikoseksual yang membuat penis, jari atau objek lain sulit masuk ke dalam liang vagina, walaupun wanita tersebut menginginkannya. Vaginismus merupakan salah satu jenis disfungsi seksual wanita paling sering ditemui.
Masalah seksual ini memang jarang dibicarakan. Terapis
Seks Matty Silver mengatakan, ini karena banyak wanita dari latar
belakang budaya atau agama melihat seks sebelum menikah tidak
diperbolehkan.
Wanita yang menderita vaginismus menemukan hubungan seksual yang tidak berhasil atau sangat menyakitkan.
"Kondisi
ini disebabkan oleh kontraksi involunter di otot-otot sekitar pintu
masuk vagina. Kejang menyempitkan mulut vagina, sehingga hampir tidak
mungkin untuk melakukan hubungan intim. Pria jadi tidak bisa menembus,
rasanya seperti ia telah menabrak dinding batu bata," kata terapis dari
Australia seperti dikutip Stuff, Senin (8/7/2013).
Vaginismus
sering dialami pada, atau setelah, malam pernikahan. Jika pasangan tak
mengerti, lanjut Silver, kondisinya akan menyedihkan.
"Wanita dengan vaginismus mungkin merasa canggung secara seksual dan bisa merasa malu yang intens dan gagal," katanya lagi.
Tak hanya itu, Silver mengatakan, pasangan pria juga bisa kehilangan hasrat seksual dan mengalami masalah ereksi.
Kombinasi
kesulitan ereksi dan vaginismus ini bisa menyakiti keduanya. Suami bisa
kehilangan ereksi setiap kali mencoba menembus. Atau ia mengalami
ejakulasi sebelum bisa menembus.
"Ini tabu sehingga pasangan
sering sangat malu untuk membicarakannya dengan keluarga atau teman dan
diam dalam penderitaan," ujarnya.
Istri yang mengalami vaginismus
sering menghindari pertanyan dari keluarga tentang mengapa keduanya
belum memiliki anak. Belum lagi perasaan sedih ketika teman-temannya
bercerita tentang kehidupan seksualnya yang hebat.
"Beberapa
pasangan membutuhkan waktu bertahun-tahun sebelum akhirnya mencari
bantuan dan kemudian mereka sering salah didiagnosa," jelasnya.
Menurutnya, banyak dokter dan terkadang ginekolog tak tahu tentang kondisi vaginismus.
"Klien
saya sering mengatakan `tak ada yang salah dengan Anda, itu semua di
kepala Anda`. `Terus mencoba, Anda akan terbiasa dengannya`, `gunakan
krim anastesi atau minum alkohol bisa membuat Anda lebih santai`,"
ujarnya.
Bahkan, Silver mengatakan, beberapa wanita ada yang
diberitahu vaginanya terlalu sempit dan perlu operasi untuk
memperluasnya atau perlu menjalani hymenectomy (prosedur untuk
menghilangkan semua atau bagian dari selaput dara).
Silver
menceritakan, sebagian besar wanita di Australia yang mengalami
vaginismus merupakan profesional berpendidikan universitas di usia
pertengahan dan akhir 20-an tahun.
Selain terlalu religius,
pasangan tersebut bisa saja menghormati keluarga dan budayanya sehingga
memutuskan tak melakukan hubungan seks sebelum menikah.
"Salah
satu klien saya baru-baru ini mengatakan kepada saya ia hanya ingin
menjadi anak baik, tapi marah karena dia menunggu lama dan sekarang
berakhir dengan masalah ini," kata Silver.
No comments:
Post a Comment
KOMENTAR ANDA SANGAT KAMI HARAPKAN UNTUK PENGEMBANGAN BLOG INI, TERIMA KASIH