Reyoet, Jakarta: Patah hati karena putus cinta memang tidak mengenakkan. Saat patah hati, suasana hati pun menjadi sangat kacau balau.
Menghilangkan rasa sakit karena patah tidak mudah. Tapi, jika rasa itu terlalu ditahan terlalu lama, dapat mengakibatkan beberapa masalah kesehatan.
Menghilangkan rasa sakit karena patah tidak mudah. Tapi, jika rasa itu terlalu ditahan terlalu lama, dapat mengakibatkan beberapa masalah kesehatan.
Sebuah
perpisahan yang menyakitkan, dapat menimbulkan pelepasan hormon stres
yang dapat memicu respons dalam fungsi jantung. Di ilmu kedokteran, hal
seperti ini disebut dengan 'Sindrom Patah Hati'.
Kondisi seperti
ini amat fatal dan dapat menyebabkan kematian dalam hubungannya terdapat
respons lain seperti penekanan pada sistem kekebalan tubuh.
Oleh dokter di Jepang, yang menemukannya pada tahun 1991, istilah medis untuk kondisi ini disebut dengan 'Takotsubo Cardiomyopathy'.
Gejalanya
sangat mirip dengan serangan jantung, dengan nyeri dada yang cukup
kuat, tapi bukan serang jantung biasa. Selama stres dan emosional yang
membuncah, terkadang tubuh melepaskan serangkaian hormon yang
memengaruhi jantung.
Seperti dilansir Health.com , Jumat
(5/7/2013), sebuah studi juga menemukan bahwa pasien yang mengalami
stres secara fisik, memiliki tingkat kelangsungan hidup lebih rendah,
daripada orang yang hanya stres secara emosional saja.
Gejala fisik yang mungkin terjadi adalah
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Aritmia
- Sakit perut, mual, kehilangan nafsu makan
- Kelelahan
- Insomnia
Efek psikologis Sindrom Patah Hati mungkin termasuk,
- Depresi
- Sering menangis
- Pikiran bunuh diri
- Perasaan kosong
No comments:
Post a Comment
KOMENTAR ANDA SANGAT KAMI HARAPKAN UNTUK PENGEMBANGAN BLOG INI, TERIMA KASIH