Reyoet, Jakarta: Tahun 2013 menjadi tahun yang
teramat kelam bagi sebagian besar anak-anak di Indonesia. Pasalnya,
tahun ini banyak kasus kekerasan seksual pada anak terjadi.
Orangtua korban biasanya akan menyalahkan si pelaku karena telah
berbuat keji pada anak-anaknya. Namun sayang, orangtua tak pernah
menyadari ia sebenarnya patut disalahkan atas kejadian nahas yang
menimpa buah hatinya.
"Selama ini orangtua memang tidak pernah mau
terbuka ngomongin seksualitas. Orangtua menganggap ini tabu. Andai
orangtua mau terbuka berbicara tentang seks, kejadian seperti
kemungkinan kecil akan terjadi," kata Perwakilan Yayasan Sapa (Sahabat Anak dan Perempuan Indonesia ),
Magdalena Sitorus, dalam acara 'Pembacaan Hasil Laporan dari Sidang HAM
III', di Gedung Perpustakaan Nasional Salemba, Jakarta, Sabtu
(14/12/2013).
Andai orangtua tak menganggap tabu dan terbuka
membicarakan mengenai seksual, lanjut Magdalena, maka mereka dapat
mengajarin anak-anak bagaimana caranya menjaga diri sendiri agar
terhindar dari kekerasan seksual itu.
"Tapi nyatanya, itu tidak terjadi," kata Magdalena lagi.
Di
kesempatan yang sama, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI),
Dra. Badriyah Fayumi, Lc.,MA menyebutkan, tahun 2013 ini sebagai tahun
darurat kekerasan seksual, karena hampir tiap hari masyarakatnya
disuguhi berita mengenai kasus kekerasan seksual yang melibatkan anak.
Setidaknya,
menurut Badriyah, tahun 2013 sampai dengan bulan Oktober, kekerasan
seksual pada anak yang dipantau mencapai 525 kasus.
No comments:
Post a Comment
KOMENTAR ANDA SANGAT KAMI HARAPKAN UNTUK PENGEMBANGAN BLOG INI, TERIMA KASIH